Wednesday, April 6, 2016

AGEN CASINO: Klub Bubar, Tarkam ke Tarkam, Berlabuh di Timor Leste Kemudian

AGEN CASINO: Klub Bubar, Tarkam ke Tarkam, Berlabuh di Timor Leste Kemudian - Tony Yuliandri menjadi salah satu pemain yang memilih berkompetisi ke liga tetangga. Tak banyak pilihan yang dimilikinya setelah PSIM Yogyakarta bubar hingga hanya bisa tampil dari tarkam ke tarkam.

AGEN CASINO

BANDAR BOLA - Bulan-bulan April dan Mei tahun lalu menjadi periode yang bikin galau Tony dan para skuat PSIM Yogyakarta. Manajemen wanti-wanti kalau klub bakal bubar kalau kompetisi tak juga bergulir lagi setelah PSSI menyetop liga.

Dalam bayangan Tony, bisa jadi sebulan lagi dia tak punya pekerjaan. Bayang-bayang jadi pengangguran tak bisa dielakkan karena situasi serupa juga dirasakan para pesepakbola lain yang merumput di Indonesia. PSSI dibekukan oleh menpora dan PSSI meresponsnya dengan menyetop kompetisi.

Beruntung pemain asal Bantul 23 tahun itu tak benar-benar menganggur. Lumayanlah statusnya masih jadi pengangguran terselubung dengan dia masih bisa mencari uang lewat turnamen antarkampung alias tarkam.

"Dulu sering bermain tarkam, karena mau bagaimana lagi tidak ada kompetisi. Kebetulan banyak tawaran, dan saya juga ingin tetap menjadi kondisi fisik saya ketika itu," tutur Tony mengenang hari-harinya di bulan-bulan lalu kepada detikSport, Selasa (5/4).

Lumayan dari tarkam itu dia masih bisa keluasaan untuk menambah saldo tabungan. Harapannya untuk menambah pendapatan muncul saat pelatihnya meminta dia untuk menangani tim dari sebuah pondok pesantren.

Eh, suatu hari ada tawaran untuk tampil di liga. Tentunya bukan liga Indonesia. Tony diminta bergabung bersama salah satu tim di liga Timor Leste, Kablaki FC. Tony diikat kontrak selama satu musim.

Pemberitaan soal dia ke Timor Leste memang tak seheboh hijrahnya Boaz Salossa ke Carsae FC atau Patrich Wanggai yang memperkuat Karketu Dili FC.

Baca Juga: Rumput Hijau (Kompetisi) Negara Tetangga

Kini, sebulan sudah Tony menghabiskan kesehariannya di Timor Leste.










"Ya mau tidak mau harus cari klub lain karena saya tidak mau putus asa begitu saja, ada kesempatan kenapa tidak diambil. Saya akan membela Kablaki FC selama satu musim," ucap dia.

Tapi, Tony tetap merindukan bermian di liga negara sendiri. Dia menilai sejauh manapun, tempat paling nyaman adalah di rumah sendiri.

"Saya tetap berharap bisa main di Indonesia karena bisa dekat dengan keluarga. Tempat paling nyaman ya di negara sendiri," ucap dia.

Namun begitu, Tony menyadari kondisi sepakbola Indonesia masih belum pulih. Dia sangat berharap PSSI dan pemerintah bisa segera mencari solusi terbaik, karena dia tak ingin pemain muda lainnya harus menderita.

"Saya dan pemain lainnya sangat rindu berkompetisi dan bisa membela timnas. Tidak hanya kami, tapi juga suporter juga rindu menyaksikan timnya tampil di atas lapangan dan menonton langsung ke stadion. Alangkah baiknya pemerintah dan PSSI duduk bersama meninggalkan egonya masing-masing demi kepentingan bersama. Saya yakin jika mereka bisa duduk bersama, semua masalah akan selesai," jelas dia.

"Saya sangat setuju sepakbola direformasi. Tapi mungkin caranya yang harus diambil yang terbaik. Karena dengan reformasi, pemain bisa merasakan dampaknya. Tapi kalau seperti ini terus kasian pemain karena kami mengantungkan hidup kami di sepakbola," ungkap pemain yang suka gonta-ganti warna rambut itu.

Jika kondisi sepakbola Indonesia tak kunjung membaik, Tony malah mempunyai rencana untuk beralih profesi. Dengan mengantongi gelar sarjana pendidikan olahraga, dia akan menerapkan ilmunya tersebut.

"Pilihan terakhir saya mau menjadi guru, sudah jelas pekerjaanya. Saya juga ingin menjadi polisi. Banyak cita-cita yang saya mau wujudkan, jika sepakbola tidak lagi memiliki masa depan," ucap dia.







POSTED BY: AGEN CASINO

No comments:

Post a Comment